kau buat malam ini indah..
saat kau hadir dalam mimpiku..
kau peluk aku dengan hangat..
kau menjadi selimut malamku..
kau cantik datang pada ku..
kau indah temani kesendirianku..
kau rubah sepiku menjadi nyaman..
bersama mu ku merasa tenang..
jangan pergi walau hanya mimpi..
temani aku untuk selamanya ..
ku ingin kau tetap disampingku..
tak beranjak kita lewati malam..
ku suka kau disini..
ku senang kau yang temani..
jujur ku rindukan saat-saat sekarang..
seperti nyata, seperti waktu kita bersama..
syalalala, ku bernyanyi untuk mu..
ditengah malam ku lantunkan itu..
jadi jangan sampai kau tinggalkan aku..
meski pagi akan segera bangunkan tidurku
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts
Saturday, 25 April 2020
Saturday, 28 December 2019
1 PANGGILAN TAK TERJAWAB
malam
itu sekitar pukul 20.30 aku sedang dalam perjalan menuju suatu tempat
keramaian. tempat yang akan mungkin menghilangkan rasa jenuhku 2 hari terus-terusan
memelototin layar monitor dikamar untuk melengkapi data siswa yang portal
webnya yang selalu bikin baper dengan gangguan internet access.
setelah
siap semua kamipun berangkat, kami
disini maksudnya saya dan kawan-kawan, memang sengaja ramai-ramai biar membaur dengan
yang lainya. kurang dari 15 menit kami sampai di rumah pengantin yang penuh
keramaian, dengan sedikit gerogi saya mengajak kawan-kawan masuk kerumah
pengantin. karena rumah pengantin ini adalah masih keluarga dekat denganku
otomatis saya selaku tuan rumah juga.
kehebatan masyarakat disini sangat ramah dibanding dengan tempat-tempat
lain kami di sambut dan disuruh masuk kerumah. kamipun dengan sedikit canggung
dan masuk kerumah.
5
menit aku duduk sambil bertata sapa dengan orang-orang sekelilingku yang ku
kenal betul orang-orang itu. ada sahabat waktu SMP, ada sahabat main Volly dan
ada siswaku juga karena kebetulah aku mengajar di sekoalah menengah pertama di
desa ini. sesaat mata dan rasaku seolah tak percaya setelah seketika melihat ke
sudut kanan dari tempatku duduk. aku masih terperangah aku kenal betul dia
adalah “diyan” mantan kekasih yang
masih ada di hati dan belum terganti dengan sosok wanita lain sampai saat ini.
sesekali aku memalingkan penglihatanku kepadanya tapi seketika ia seperti
melihat ke arahku aku secepat mungkin mengalihkan penglihatanku kembali.
Diyan dia manis, natural dan energy setiap
aku membaca dan mengigatnya memang kami sebelumnya jadian lewat jejaring
WhatsApp kita cmah bertahan beberapa hari dan berakhirpun lewat jaringan yang
sama tragis memang. tak perluku cerita lagi mengapa kita berakhir karena telah
ku buat di kisah cerita sebelumnya.
tak
berapa lama kemudian aku mengeluarkan Handphone dari saku celanaku dan kubuka
Handphone ku, dengan rasa kurang percaya satu panggilan tak terjawab dari orang
yang aku cinta selama ini yang namanya masih tersimpan rapih di dalam hatiku.
yaaaa memang benar aku masih sanggat mencintainya terlepas dia mungkin sudah
benci, melupakan atau apapun itu yang peting malam ini aku bisa sesekali
melihat dia dari dekat.
sekali
lagi aku berpaling untuk melihatnya dengan bola mata yang tajam berbinar
memberontahkan hati ku untuk tetap terus menatapnya walaupun diyan tidak mempedulikan pandanganku.
satu doa takterarah dari ku “tuhan tunjukan jalan jodohku kepadanya”. doaku memang simple danmungkin dan takmungkin
terwujud karena ia benar-benar telah melupakanku. karena benar klise yang ia
katakan dulu aku pembohong, aku kurang dan aku tidak punya segalanya. terlepas
dari rasanya kepadaku aku sangat bersyukur malam ini bisa melihatnya dengan
rasa yang masih sama “masih mencintainya”.
satu
jam berlalu tamu-tamu pengantin wanita mulai satu-persatu meninggalkan rumah
pengantin untuk pulang kerumah masing karena malam telah menujukan pukul
setengah sepuluh. termasuk gadis yang sedari tadi yang pandanganku
kupersembahkan kepadanya, diyan
mulai berdiri dan menuju pintu rumah untuk keluar dan pulang. dengan nada di
hati aku katakan sampai jumpa sayang( eittt itu dalam hati yaaa).
tak
berselang lama kami juga bergegas pulang, sesampai dirumah ku kirim pesan
untuknya yaaa sekedar nanyai yang biasa-biasa seperti kapan pulang dan kapan
pergi lagi, maklum dia masih melanjutkan studynya. cukup panjang dan masih
banyak yang ingin aku curahkan tapi tiba-tiba dia sepertinya off dan mematikan
Handphone nya karena pesan yang aku kirimkan sudah tak terkirim lagi.
mungkin
ia menganggap gak perlu berlama-lama, gak penting pesan dariku atau dia hanya
memberi ku hiburan semata kepadaku. padahal banyak hal yang ingin kumulai lagi
tapi itu mungkin hanya mauku dan dia hanya menganggapku pendosa dan pengaganggu
di seharinya. tapi terlepas dari perasangka tadi terimah kasih telah menampakan
paras anggun dan binar sayu matamu dimalam ini semoga ada waktu yang menentukan
dan tuhan menakdirkan aku bisa bertemu lagi mungkin sampai memiliki. terimakasih lebih lagi satu panggilan tak
terjawabnya berkat itu aku berani mengirim pesan dengan mu jangan lupa titip
salam dengan keluargamu.
***wait next story***
Tuesday, 26 November 2019
Bait semu pengantar rindu
by. selamat permono
Terik lagu kupetikan lewai senar
penyambung kalbu
Niat terbiat teriakan makna kata cinta bertuturkan
naluri
Asa tertutup dan terhapus oleh napsu
Rasapun telah kebal oleh secarik gambar
indah nan tusukan kalbu
Bintang
kini berjatuhan berbarengan November pengantar hujan
Awan terang
dan lagit biru telah mengkilap lesu berganti samar gemuruh
Benih-benih
asa dulu telah mati berganti kesekian
kali
Samar dan
terus semakin temaram sekian setiap penghujung terang
Kita memang tak ditemukan oleh keberuntungan
Kita
tak juga harus terhalang oleh nasib dari tuhan
Kita
memang tak berakhir dengan tercucuran keindahan
Kita
tak perlu juga berpantun sedih lewat kesalah pekaan
Mentari
memang telah menjadi senja yg akan terbenam
Bulanpun
akan berakhir dengan datangnya fajar penjelang siang.
Biar
begitu adanya asal jangan begitu apa adanya
Biar
begitu sedih awalnya jangan pulah begitu pilu di akhirnya.
ia memang mati asa tapi tidak untuk mati rasa
ia
memang mati ilusi tapi belum harus kehilangan naluri
yang
hilang akan berganti seiring hari
dan
yang pergi akan tau kemana ia akan kembali.
"teruntukmu bait semu pengantar rindu"
Monday, 1 July 2019
2 X 24 jam pernah hadir
"karena ini mungkin katanya dia tak sedikitpun ada rasa mencintai”.
Taada yang bisa melarang dan tak ada yang mampu untuk
membuat pikiran ini untuk cepat pergi meninggalkan sedikit kenangan yang
menyisahkan segores luka.
Bab cinta itu memang
telah terujung oleh pilu hati yang tercecar kepedihan tak berbekas luka.
Tak kalahnya dengan seorang yang hanya berharap pada angin
ia sesukanya mau pergi kemana dan sampai kapan ia akan bertahan dengan sahyu
dalam hembusanya.
2 X 24 jam cinta itu memang berlalu secepat itu.
2 X 24 jam cinta itu kini tersisa sedikit gores kenangan.
2 X 24 jam cinta itu telah mengajarkan sikap dan kata tak
melambangkan ketuhanan hati wanita mimpi tadi.
Dan
2 X 24 jam cinta itu telah menipu dengan 2 minggu perhatian
yang akhirnya aku tahu itu hanya nafsunya belaka.
Tapi lewat dari itu takan ada kata benci yang mampu
menandingi rasa cinta dulu.
Biar rasa yang lalu biar berlalu dan biar yang hadir
denganya sekarang tetaplah hadir dengan tenang, karena takan sempurna cinta
jika patahati melihat dia dengan yang lain.
Walau karma itu ada biarlah karma bahagia selalu bersamanya.
Dan Walau sulit bentuk terakhir mencintai adalah memaafkan
ia.
Dan aku disini biar tetap dengan mimpi dan terus mengejar
mimpi yang mungkin tuhan telah siapkan esok ataupun lusa dan ketika mimpi itu
hadir semoga aku dalam keadaan seutuhnya menyapa dan merangkul mimpi itu.
Aamiin .
Friday, 17 May 2019
katakanlah wahai senja yang suram
Katakan pada...
senja yang menyuram!
pada kabut yang telah menghitamkan
cakrawala
saat jingga telah kehilangan warna
dan langit pun tak lagi memerah
jua diantara tembang serak buana
katakanlah
pada jiwa yang gelisah....
pada sunyi yang manakah dia harus berdiam
saat hening telah begitu menggetarkan
saat tirta bening jua sudah berjatuhan
dan menetes kedalam sukma kehidupan
katakanlah....
pada waktu yang manakah dia harus menunggu
saat banyak musim telah datang serta berlalu
saat lidah pun sudah terbungkam kelu
dan tak dapat lagi mengatakan"aku rindu
katakanlah....
pada sajadah manakah dia harus berdoa
saat air matanya telah menjadi suara jiwa
saat malam tak dapat menjawab tanya
dan terbungkam karna nyanyiannya
katakanlah
wahai senja yang suram....
pada setiap kabut yang telah kau taburkan
pada setiap ranting yang telah kau patahkan
pada mentari yang telah kau tenggelamkan
dan pada langit yang telah kau hitamkan
katakanlah...
walaupun air mata akan berubah jadi darah
saat kata menjadi pedang yang membuat jiwa binasa
biarkan saja kematian datang padanya
karna hidup dan mati bukan lagi apa-apa
katakan
wahai senja yang suram
katakanlah
dan jangan kau diam
http://penyairturin1897.blogspot.com/2014/08/katakanlah-senja-yang-suram.html
Sunday, 31 March 2019
14teen days in love
14teen days in love
Cinta
membawa asmara dan ketika cinta itu benar kasmaranlah yang akan terbumbuhi
gelora bahagia, begitupun sebaliknya. Bukanlah kebahagiaan jika akhir cinta
tanpa pernikahan.
Bersama gunda semua tertera, kisa yang
mungkin aku yang merasakanya, atau bagian dari yang lainpun pernah. Inilah
mengapa aku tak mau sedikit lebih dalam mencintai karena harapan pada akhirnya
akan berujung pada titik yang akan menungguh jawaban.
Selamat malam wanita ku….
Kata pertama yang
terucap selamat malam wanitaku, kata ini bagai membakar gelora tertujuh kepada
seorang gadis yang baru berani ku dekati setelah hampir 3 tahun aku mencoba
memendam asa bahwa aku menyukainya. Kata cinta mungkin akan terlalu cepat jika
aku utarakan saat ini. Dia baru barani ku dekati kurang dari satu minggu tapi
asa ini seolah memandang satu titik dan di setiap titik itu sama aku
menyukainya.
Tapi aku sadar cinta
tidak secepat itu, biar ia mengalir dengan lembut dan mengayun sendu hingga
saatnya rasa ini akan mengeluarkan geloranya.
Seminggu belakangan ini
aku yang baru mendekati mempunyai kebiasaan baru chaating, video call sampai
stalking Facebook sampai watshapp nya. Ini memang terlalu lucu untuk seumuranku
masih menyukai dengan cara ini, tapi sudahla aku nikmati saja.
Aku dan dia sering
bercerita di ujung malam dan di awal fajar, aku seolah punya semangat baru
penambah gelora bahagia sehari-hari. Sampai pada suatu pertengahan malam aku
berani mengutarakan perasaan ku pada wanitaku ini walau hanya by phone tapi tak
ada yang ku kiasankan atau aku bohongi dari setiap kata perasaan yang aku
utarakan. “aku menyukaimu jauh dari sebelum saat ini tapi aku baru berani
mendekatimu saat ini, mau tidak jadi pacarku? Dan aku berharap jawabanmu hanya
satu yaitu mau.” Tapi dengan lembut ia menjawab beri aku waktu 2 minggu untuk
jatuh hati kepadamu dengan alasan dia tak mau kecewa seperti cintanya sebelum
ini. Aku tertunduk setengah lesu dan semangat dan aku iyakan aku akan menungguh
dua minggu itu.
Dua minggu yang di
janjikan memang cukup lama bagi aku yang memendam rasa dan perlu jawaban, tapi
dia pun sangat benar bahwa cinta perlu waktu untuk jatuh hati. Tapi jauh dari
itu aku sangat berterimah kasih pada hati ini yang bisa sesabar ini menungguh
balasan cintanya.
Lepas dari itu kita
sering chaating walau memang kadang seperti dia tak niat untuk membalas karena
paling balasan darinya iya, iy, heem, bahkan hanya emo tertawa. Tapi tak apalah
yang jatuh hatikan aku sedangakan dia belum wajar dia seperti itu.
7 day after, tujuh hari
berlalu aku meyakinkanya belum ada tanda ia akan menerimahku. sampai pada suatu
sore pukul 16.00 aku dengan pasti melihat dia pergi dengan pria yang kemudia
dia katakana kalau pria itu temanya. Hati ini setengah hancur tapi aku usahakan
kuat memang sempat terpikir untuk berhenti menyakinkanya tapi aku serasa
seperti pecundang karena lari dari janji 2 minggu mengguh jawaban darinya.
Kembali ku kuatkan hati untuk menyakinkanya walau mungkin wanitaku tak percaya
bahwa aku sempat lemah meyakinkan cintaku padanya.
Aku memang mencintai
dengan caraku memang kadang konyol tapi inilah yang bisa aku perbuat, tapi
yakinlah ada saatnya semua kuperjuangkan untukmu sampai napas ini akan milikmu.
Percayalah aku meberi semua yang aku miliki meskipun itu sedikit tapi akanku
perjuangkan lebih dan aku pastikan itu semuanya milikmu.
9 day after, Sembilan
hari berlalu sampai dimana aku dan dia berada di tempat yang sama resepsi
pernikahan sahabatku, memang kita di baris berbeda tapi mataku selau berpaling
pada wajahnya tanpa ia sadar itu aku sangat bahagia malam itu dan rasanya malam
berjalan sangat cepat tak seperti malam biasanya. Malam itupun berakhir dengan
aku mengantarkan ia pulang kerumahnya. Esok harinya ku banguni ia dari tidurnya
untuk mengigatkan sholat dan akupun bergegas mandi setelah mengigatnya. Karena
hari ini aku banyak jadwal kegiatan yang harus ku selesaikan.
oase di hati itu tertumpah di cakrawala mengaliri
relung sanubari. warnanya bagai lembayung terbalut
kasih.
adakah kaurengkuh kemilaunya?
dan dengarkanlah tarian segar itu,
dari jendela kaca berintik cahaya kaupadukan
mozaik rindu yang padang rindang.
aku tak mampu lagi mengisahkan
sajak rindu ini.
biar detak jam dinding, gerimis,
dan isyarat
yang jadi kemilau fatamorgana.
dan tentu engkau
yang tak habis-habisnya memeluk
majas mesra.
sajak
rindu di gerimis pagi bulan Maret
merilis
simfoni hati yang tertera pada reranting
di
pelataran.
suaranya
terdengar merdu di pematang senja.
ternyata
ini realita bukan fatamorgana.
sisa
jerit dan rintih pilunya
masih
membayang di cakrawala.
dan tetap
kunyanyikan bersama letupan doa
di
penghabisan sepertiga malam
itulah sedikit sajak
cintaku padanya, lepas dari itu aku lebih cinta dari cintaku yang ia tahu dan
seandainya ia tau mungkin aku akan memberikan seluruh dan napas yang akupunya.
Dan harapan aku yang terakhir aku dan dia menua bersama-sama dalam ikatan,
aamiin.
11 days after, sebelas
hari bagai menungguh hujan di matahari yang terik. Mustahil dan hanya tuhan
yang bisa membuat terwujut sama halnya dengan perasaanku saat ini. Yaaa mungkin
itu sedikit menggambarkan bagaimana semakin menjauhnya dia dari rasaku dan aku
sangat sadar itu dan sempat kutanyakan
“kok kamu dua hari terakhir datar dan
sensitive dengan aku!
Ada hal yang
salah atau kamu memberi isyarat bahwa aku harus mundur dan pergi?”
Jujur bagiku itu adalah
kata yang akhirnya bisa aku keluarkan karena wanita yang ku harapkan kini bagai
tak mengharap dan tak boleh tau apalagi mau tau tentang aku dan dia. Dan
akhirnya dia hanya membalas chaatku
“terserah kalau kamu mau mundur dan pergi,
Cinta
tak harus di paksa untuk datang,
Cinta
juga perlu pengorbanan bukan hanya kata-kata”
Membaca balas seperti
tadi aku sedikit memutar rasa optimisku menjadi rasa malu dan nyadar diri.
Sempat ku terusik di hati
“cinta tak
serumit ini sayang, dan aku tak merasa memaksa, aku hanya meminta tau adakah
sedikit rasa di hatimu ntentang namaku… hanya itu
Dan ini
pendekatanku bukan pemujaanku terhadapmu, ada saatnya aku akan berjuan demi
kamu, dan itu belum untuk saat ini.
Dan apa yang
harus kuperjuangkan kalau yang diperjuangkanpun tidak pernah mau tahu.”
Karena aku telah
berjanji selama dua minggu mencoba agar dia bisa jatu hati, akhirnya aku tetap
dalam janji itu dan jujur dalam hati memang aku sangat masih mencintainya.
Sehari berselang jarak
terasa semakin jauh dan apapun yang akan ku lakukan untuknya selalu akan berasa
bersala terlebih 3 sampai 5 kali ku video call dan telpon nomor dia selalu
dalam keadaan sibuk. Mungkin dia sedang dekat dan ada yang mendekatinya selain
aku, entahhh apalah, memang kecewa tapi apa yang mau ku perbuat justru membuat
aku semakin terpojok dan semakin salah.
Aku
tau engkau memang elok nonan
Yang menyukaimu bukan hanya
aku
Yang memperjuangkanmu bukan
hanya aku
Yang mengharapkanmu juga
bukan hanya aku
Apalagi yang menungguhmu juga
pasti bukan hanya aku
Makanya
aku sadar diri tak harus berbuat berebihan
Karena
seperti apapun perhatianku pasti kurang
Dan
seperti apapun pengharapanku pasti kurang
Biar aku
merenung dalam kekurangan ini.
Terasa lama menungguh
bukanlah sebuah acuan untuk menyerah. Menyerah hanya akan membuat kecewa tak
beralasan.
Dan tepat malam ini
adalah malam terakhir 14 hari penungguan jawaban. Kini tersisa hanya doa bukan
rayuan ataupun kepandaian mengatur kata. Iya atau tidak adalah memang kata
terakhir yang mau ku dengar, mungkin hanya sedikit alasan yang bisa menerimahku
dan terlalu banyak alasan yang mungkin bisa menolakku.
Pukul 10 malam
terlampaui tanpa sedikit tanda ia menerimahku, mungkin aku mulai menyadari
mimpi ini terlalu tinggi dan apakah harus aku menyalahi mimpi?. Mungkin ia
tenang dengan suasana sekarang.
Wanitaku
rasa ini tak adil jika hanya seperti ini
Ini memang kurang dan bahkan
terlalu sedikit
Tapi engkau adalah alasan dan
semangat untuk
Meninggikan ini semua.
Aku galau dengan waktu, sampai cerita ini
terbaca olehnya belum sedikitpun ia menjawab pertanyaanku “14teen days Before”
apakah ia akan memutuskan untuk menolakku atau menerimaku dengan semua hal
kecil yg mampu ku buktikan dan bisa jadi rasa ini akan tergantung tanpa
sedikitpun kejelasan sesungguhnya.
Wednesday, 13 March 2019
Terimahkasih asahnya
Senja menjadi tempat bagiku menghitung waktu. Menghitung sudah berapa kali matahari terbenam sejak rasa ini menghuni hatiku. Tapi kamu tak peduli pada hitungan waktuku. Bagimu, rasa ini hanya angin lalu yang menerpa jendela kamarmu.
Kamu tak mau tahu, sesulit apa aku menahan diri untuk tidak menghubungimu.
Aku selalu bertanya padamu, apakah aku mengganggu? Jawabanmu selalu sama, tidak. Tapi caramu meresponku begitu ketara. Kamu tak sebersemangat seperti minggu pertama kita berkenalan. Kamu berubah sedemikian rupa, sampai kukira kamu adalah orang yang berbeda.
Tapi kenyataannya kamu adalah orang yang sama. Orang yang menjatuhkanku kemudian menjauh tanpa mempertanggungjawabkan rasa yang terlanjur ada.
Bintang jadi pelarian bagiku untuk bertahan hingga larut malam. Saat orang lain bertanya kenapa aku tak kunjung menutup mata, kukatakan bahwa aku sedang sibuk menghitung bintang. Kenyataannya tidak. Aku sibuk menghitung detik, menunggumu mengucapkan selamat malam hingga tengah malam berlalu dan bintang memudar.
Kamu tak peduli seberapa gelisah aku menunggu. Kamu tak peduli seberapa sering aku mengecek ulang sosial mediamu. Kamu tak peduli seberapa rindu aku mendengar suaramu. Kamu tak peduli pada apapun. Kukatakan maupun kusembunyikan, sama saja. Bagimu perasaanku tak ada artinya.
Kucoba menjaga jarak, tapi tak bisa. Satu hari tanpa kabar darimu rasanya kosong tanpa makna.
Pantai adalah hiburan terakhirku saat kamu tak lagi menyapaku. Aku duduk di atas pasir sambil menatap sendu gulungan ombak yang menyentuh kakiku. Tidakkah kamu melihat luka yang terpantul di cermin mataku? Aku menyentuh pasir dan menggenggamnya erat, tapi tak berhasil membuat hatiku hangat. Aku berdiri dan mencoba menari bersama ombak, tapi bibirku gagal tersenyum.
Aku terduduk kembali. Kutaruh telapak tanganku di dada, mencari-cari luka yang tak berupa. Dia ada disana, masih disana. Sesak, aku tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Aku tak bergerak dan menangis di tempat yang sama. Tanpa sadar, aku menunggumu di bibir pantai yang lengang. Berharap kamu datang seperti tokoh utama dalam dunia imajinasi.
Tapi kamu tak datang, kamu tak pernah datang lagi. Pertemuan kita begitu singkat dan kamu sudah melupakannya.
Tanpa ikatan, aku tak bisa memintamu memelukku dan menghapus air mataku. Tanpa ikatan, aku tak bisa mengadukan rasa sakitku karena merindumu. Tanpa ikatan, aku tak bisa menyalahkanmu atas luka di hatiku. Tanpa ikatan, aku tak bisa berharap lebih.
Harusnya dari awal aku menghindar, atau setidaknya berhati-hati. Tapi kamu tahu? Aku ini tuna asmara yang bodoh. Bisa-bisanya aku menaruh harap pada ketidakpastian yang kamu tegaskan. Bisa-bisanya aku menaruh asa pada hadirmu yang sejenak ada lalu tiada. Bisa-bisanya aku menyayangimu yang tak cukup peduli pada perasaanku. Bisa-bisanya, aku memimpikan kamu berhenti dan menetap bersamaku.
Harusnya dari awal aku sadar, bagimu aku hanyalah persinggahan. Bagimu, aku hanya pelabuhan untuk sejenak istirahat lalu melanjutkan perjalanan. Bagimu, aku hanya mercusuar yang menari-nari di pulau kosong, yang menarik di kejauhan, namun tak cukup berharga untuk di perjuangkan. Aku yang gagal membuatmu nyaman, kini hanya bisa mengais sisa kenangan.
Aku sampai pada titik dimana menahan hadirmu hanya membuatku lelah.
Pergilah, aku tahu kamu tak ingin menetap. Pergilah, aku tahu kamu masih ingin mencari. Pergilah, aku tahu kamu tak bahagia bersamaku. Pergilah, aku tak akan menahanmu. Segalanya akan baik-baik saja bagimu, hatiku tak akan mengganggumu. Bagiku, cinta itu sederhana. Ia memberi tanpa berharap diterima, ia ada tanpa perlu didekap keberadaannya.
Aku melepasmu, meski perasaanku untukmu tak tahu kapan surutnya. Entah kapan rasa ini lepas, tapi yang jelas kamu bebas.
Tentang harapanku yang sirna, buar kukemasi sendiri bersama puisi. Ia tak akan tercecer tanpa nyawa. Sisa kenangan kita biar kurawat baik-baik, kuputar ulang saat rindu menghampiri. Segalanya akan baik-baik saja, kecuali luka di hatiku yang entah kapan sembuhnya. Jangan khawatir, aku tak akan menyalahkanmu, tak juga menyalahkan cinta, tak menyalahkan keadaan, apalagi waktu yang mempertemukan kita. Aku sudah dewasa, biar kuhargai semuanya.
Hujan adalah peraduan terakhirku untuk menyendiri. Aku menangis bersama payung hitam yang tergeletak di kakiku. Hujan luruh menyapu wajahku, membersihkan air mataku tanpa henti. Aku menangis tanpa alasan, seperti aku bahagia mendengar suaramu yang juga tanpa alasan. Kuraba kembali luka yang tak berupa, dia masih ada disana. Bersama bahagia yang diam-diam kusisakan atas kenangan yang kau tinggalkan.
By Copied.
Saturday, 2 March 2019
Gerimis pagi
aku merapatkan hati ini pada detak
jam dinding di mayapada.
ada rindu di gerimis paginya.
di tajam-tajamnya ada guratan simfoni
menyertai hati dan kata yang tiada diam. menolehlah ia
pada hujan yang gerimisnya menusuk pelataran.
sendu.
syahdu.
aku menatap birunya titik air rinai
di kaca jendela.
kemilaunya semburat menikam rindu.
ah… ini fatamorgana!
bening.
ya, itu fatamorgana yang terisyaratkan dengan oase segar
yang kausisipkan di atas tembikar kekar.
oase di hati itu tertumpah di cakrawala mengaliri
relung sanubari. warnanya bagai lembayung terbalut kasih.
adakah kaurengkuh kemilaunya?
dan dengarkanlah tarian segar itu,
dari jendela kaca berintik cahaya kaupadukan
mozaik rindu yang padang rindang.
segar.
indah nian.
sudahlah, aku tak mampu lagi mengisahkan
sajak rindu ini.
biar detak jam dinding, gerimis, dan isyarat
yang jadi kemilau fatamorgana.
dan tentu engkau
yang tak habis-habisnya memeluk majas mesra.
sajak rindu di gerimis pagi bulan November
merilis simfoni hati yang tertera pada reranting
di pelataran. suaranya terdengar merdu di pematang senja.
ternyata ini realita bukan fatamorgana.
sisa jerit dan rintih pilunya
masih membayang di cakrawala.
dan tetap kunyanyikan bersama letupan doa
di penghabisan sepertiga malam
http://kontemplasisoresore.blogspot.com/2011/04/sajak-rindu-di-gerimis-pagi.html?m=1
Subscribe to:
Posts (Atom)