be a good moeslim and dies as suhada

Date

Sunday 21 May 2017

cinta di bangku kulyah

Hari ini adalah hari pemilihan ketua BEM,yak BEM kurang lebih seperti OSIS tapi BEM berada di perguruan tinggi,yak aku bersekolah di UGM(Universitas Gadjah Mada) kota Yogyakarta,walaupun aku tidak mencalonkan diri sebagai ketua BEM setidaknya aku hanya mahasiswa biasa biasa tapi berperan sebagai panitia PEMILIHAN BEM namaku fasca dan mahasiswa kedokteran semester 7,ku persiapakan diri untuk menuju universitas dan menuju AULA kampus, tepat pukul 10.00 acara pemilihan ketua BEM pun di mulai,aku hanya bissa melihat dari belakang karna aku sebagai panitia,semua calon ketua memperkenalkan dirinya masing masing serta memberikan penjelesan terhadap,visi,misi yang akan di embannya.tak lama aku melihat seorang wanita cantik yang sedang maju ke depan dan menceritakan visi dan misinya,dari wajahnya ia berasal dari Negara asing.aku semakin penasaran terhadap wanita tersebut kemudian aku mencoba menanyakan wanita tersebut kepada salah satu sahabatku yang beranama aldo.

Do..!!’’kutanya perlahan’’
Apa fas?’’tanya aldo’’
Kamu tahu wanita itu nggak?’’tanyaku
Tahu..!!emang kenapa?’’tanya balik’’
Sapa namanya?kok gk tahu ngelihat?
Namanya Rena Ichiwa.dia sama kita fakultas kedokteran tapi semester 4?’’jawab aldo
Pantas Kita kan dah senior !mana kita pernah lihat wong jarang masuk kampus!’’ejekku
Ke aldo’’
Wakkakaka,cantik ya wajahnya di keturunan Cina loh!ujar aldo sok keppo
Hah?iya ya,,’’jawabku’’
                                                            *
Tak lama kemudian acara pemilihan ketua BEM pun usai.aku segera bersih’’ AULA dan setelah itu karena lapar aku menuju ke salah satu kantin yang berada dalam kampus,saat aku mencari makan aku melihat wanita tersebut dengan rasa gugup aku mencoba mendekatinya.
Hai..’’sapaku agak gugup’’
Ya?’’jawab wanita tersebut’’
Bolehkah aku duduk di sampingmu?’’tanyaku’’
Silakan..’’jawabnya’’
Kemudian aku memaksa diri untuk berkenalan dengan wanita tersebut.dengan agak malu
Kalau boleh tahu siapa namanya?’’tanyaku’’(padahal aku sudah tahu)
Rena Ichiwa..kalau kamu sp?’’tanya balik’’
Fasca wicaksana,fakultas kedokteran smster 7.’’ujarku
Owh kalau aku falkutas kedokteran juga tapi semester 4’’ujar rena’’
Ohhh,,,tadi pidatomu bagus loh ren…’’pujiku pada rena’’
Ahh masak?maksih ya J ‘’rena tampak tersenyum’’

Kemudian Kami tidak bi sa berbincang banyak hal karena kantin segera tutup dan hari sudah larut sore kemudian aku segera mengahkiri perjumpaan dengan rena

Maaf ren saya mau pergi dlu,kantin sudah mau tutup’’ujarku’’
Oh iya,aku juga sampai jumpa’’ujar rena’’
Ok,,,(hatiku hari ini sangat senang’’)

Tak terasa  3hari berlalu dan tiba saatnya pengumuman siapa yang menjadi ketua BEM yang di kumandangkan oleh rector kampus,dengan keadaan yang sangat ramai aku hanya bisa melihat dari kejauhan,dan tidak bisa dipercaya yang menjadi ketua adalah si rena,hatiku sangat senang sekali melihat kabar tersebut,kemudian stelah pengumuman selesai aku sgera mencari /rena,dan mengucapkan selamat kepadanya rena ternyat rena berada di kantin yang pernah kita bertemu sebelumnya.

Ren bolehkah aku duduk di sini’’ujarku’’
Boleh..ada apa ya’’jawab rena’’
Selamat Ren,kamu menjadi ketua BEM baru !aku berharap setelah aku selesai kuliah disini kamu dapat memajukan universitas ini dengan baik lagi’’ujarku dengan berharap’’
Iya makasih ya,,oh iya kamu adalah orang yang pertama kali mengucapkan selamat pada ku’’ujar rena dengan senang hati’’

Akupun dengan Rena berteman kurang lebih sudah 2 tahun semua kegiatan kami lakukan bersama serta canda tawa dan pengalaman kami berdua tidak bisa kami lupakan sampai sekarang,dan kini tiba saatnya aku wisuda kelulusan sarjana dari fakultas kedokteran smua para mahasiswa yang lulus mengucapkan janji dan kegiatan lain,ketika wisuda aku melihat rena yang berada di kursi tempat duduk yang paling pojok hatiku sangat senang sekali.,tak lama kemudian aku mengunjungi Rena dan berbincang padanya.aku

Hei Ren’’ujarku’’
Hai,Selamat ya atas kesuksesanmu !‘’ujar rena dgan senang hati’’
Iya’’ujarku’’
Kemudian kami berdua berjabat tangan
                                                            **
Setelah Wisuda Selesai aku langsung pulang dan tidak menemui Rena Lagi.sampai di rumah aku ingin mengungkapkan perasaanku yang tertunda selama ini terhadap rena melalui sepucuk surat yang kutitipkan kepada cindy,cindy adalah sahabat sejati dari Rena.


            Keesokan harinya Cindy memberikan surat ku pada Rena
Ren Sini dulu’’ucap cindy’’
Yah.?ada apa cin??’’ujar rena’’
Nih ada titipan surat dari seseorang.’’ujar cindy’’
Mana ?’’tanya balik’’
Nih,,.!
Rena Membuka sepucuk surat tersebut dan membacanya.
Hei Ren,maaf ya sebelumnya tidak bisa mengucapkan secara langsung padamu ,saat ini aku sudah bertekat untuk melanjutkan S2 di Luar Negri dan hari ini aku sudah berangkat aku tidak sempat berjumpa lagi denganmu,lewat sepucuk surat ini aku ingin berbicara pada mu bahwa aku ‘’CINTA PADAMU’’ aku cinta padamu saat pertama kali aku melihatmu di acara pemilihan ketua BEM 2 tahun silam ,aku sangat terpesona dengan sikap dan penampilanmu semua kata-kata yang kamu ucapkan sangat berguna bagiku,entah karena waktu yang memisahkan kita aku berharap kalau kita suatu saat nanti dapat bertemu kembali,terima kasih Ren kamu selalu ada di hatiku
‘’WALAUPUN RAGAKU BERADA JAUH SANA,TETAPI HATIKU TETAP BERADA DI SISIMU’’

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          

Tiba-tiba Air Mata Rena Menetes keluar dan rena sangat sedih,kemudian rena memeluk cindy,cindy pun menepuk punggung Rena dengan cinta kasih.

Wednesday 10 May 2017

Berhenti berharap


Karya Nur Safitri Kasim

Tik...tik. Hujan di ujung senja mengingatkanku pada sebuah nama yang masih begitu segar diingatanku Ikramullah. Meski nama itu sudah kujadikan salah satu nama yang masuk dalam daftar orang-orang yang akan kuhapus dalam memoriku otakku.
Malam itu dalam sebuah acara organisasi, awal aku mengenalnya.
“Zhifa...” suara itu mengagetkanku yang tengah menyendiri di belakang tenda putri ketika yang lain asyik dengan aktivitas mereka masing-masing.
“Ari.” Kataku sambil menoleh kebelakang.
“sendiri aja” sapa seorang cowok berkulit putih dan bermata sipit yang berada tepat disamping Ari. Aku Cuma mengangguk heran dan bertanya dalam hati siapa gerangan orang ini.
“Fa’ kenalkan ini Ikram, temanku sejak Taman kanak-kanak dulu. Dia pindahan dari Kalimantan, kebetulan dia jurusan Menejemen perairan sama dengan jurusanmu.
“Mm, Ikram”katanya dengan tersenyum dan mengajukan tangannya kepadaku.
“Zhifa” kataku sambil melepas tanganku dari tangannya.
“aku tinggal sebentar ya’?” kata Ari sambil beranjak menuju tempat anak-anak berkumpul.
“tapi, Ri’!!!!!!!!!!!!!”teriakku.
Seseaat kamipun diam.
“Fa’ di sini kamu tinggal di mana?” tanya Ikram memecah keheningan malam itu.
“di pondok hijau, tepat di belakangnya kampus.” Jawabku singkat.
“jadi, kamu kost-kostan di sini ya’. Saya kira kamu orang asli disini?” tanyanya lagi.
“ough, tidak ‘Kram saya hanya dari kampung.”
“jika libur semester aku boleh ya’ jalan-jalan kekampung halamanmu?”
Aku hanya mengangguk dan pembicaraan kita malam itu berakhir ketika aku sudah diserang kantuk saat jarum jam menunjuk angka 2. Ikrampun meninggalkanku saat kumasuk kedalam tenda putri.
* * *

Waktu terus berlalu, sebagai satu-satunya teman Ikram di kampus. Membuatku harus membagi waktu antara mengerjakan tugas kuliahku dan membantu Ikram mengerjakan tugasnya pula. Aku membantunya semata-mata untuk menolongnya.
“Kram kan sudah satu minggu kamu kuliah di sini. Kok belum punya kenalan selain aku?”tanyaku ketika sedang mengetik laporan miliknya.
“kamu sudah lelah membantu saya ya’ Fa?”
“ach. Nggak begitu maksud saya Kram. Maksud saya, kau juga harus punya temanlah selain aku. Meski kau punya banyak teman aku akan selalu siap membantu kamu. Insya Allah.”
Dia hanya tersenyum sambil mengutak-atik Blackberrynya.
* * *
Hari telah berganti hari, bulanpun telah berlalu tanpa pamit. Tiada terasa aku sudah semester 5, begitupun dengan Ikram. Tetapi, entah kenapa dia mulai berubah dan seolah menjauh dariku. Mungkin karena dia telah mempunyai banyak teman.
“aku sungguh kehilangan sosok seorang sahabat yang selalu mengukir senyum disepanjang hariku.” Gumamku dalam hati. “astagfirullah,...” lanjutku. Kenapa, mendadak aku memikirkan dia, yang hanya seseorang yang kukenal lewat temanku pula.
* * *

Libur semester telah berakhir. Ikram yang dulu meminta kepadaku, jika liburan tiba ingin jalan-jalan kekampung halamanku, kini telah menjadi cerita lama yang usang. “dimanakah kau sekarang? Kemanakah kau yang selalu hadir dihadapanku ketika tugas dari dosen menumpuk ditanganmu? Manakah wajah lucu yang selalu tersenyum padaku ketika kebingungan melandaku?”sejuta pertanyaan itu entah kapan ada jawabnya.
Disudut kantin aku duduk sendiri sambil membaca buku tentang Koperasi dan Bisnis. Tiba-tiba seorang Laki-laki dan seorang perempuan berwajah oriental menghampiriku sambil bergandengan tangan. Laki-laki itu adalah Ikram, tetapi aku tidak mengenali perempuan cantik yang ada di sampingnya.
“ Fa’ ini tugasku besok pagi mau dikumpul. Seperti biasa bantu aku ya’?”
“maaf kali ini aku tidak bisa.”
“Zhifa....kok langsung tidak bisa sih? Kamarin-kemarikan kau juga yang selalu mengerjakan tugasku?” katanya sambil menarik keras tanganku.
“lepaskan!!!!!!!!!” teriakku sambil kuberusaha melepaskan tanganku dari genggemannya. “itu dulu ‘Kram, sekarang Maaf aku tidak bisa.” Lanjutku sambil beranjak meninggalkan mereka berdua.
“Tunggu dulu Fa’!!” katanya sambil mengejarku. “sayang.” Lanjutnya sambil menggandeng wanita yang ada di sampingnya.
“sayang??” tanyaku dalam hati. “apa lagi sih?” kataku sambil mempercepat langkahku.
“kau sudah berubah ya’ fa’?”
“entah siapa yang telah berubah aku ataukah kamu?” maaf ‘Kram saya mau pulang. “duluan ya.” Kataku sambil tersenyum kecut dengan wanita yang sejak tadi tak pernah lepas dari genggaman tangan Ikram.
“sebentar Fa’, kenalkan dulu ini pacarku.”
Langkah kakiku langsung terhenti karena kalimat itu. “hach pacar? Aku cemburu? Tidaaaaaaak?” tanyaku dalam hati sambil kugeleng-gelengkan kepalaku.
“Dhea.” Kata wanita itu sambil menyodorkan tangannya padaku.
“ach,ya ya Zhifa.” Kataku tergagap. “oke, aku duluan ya.” Kembali kulangkahkan kaki. Tapi, sepertinya ada yang kulupa. “eh’ Selamat ya.” Kataku sambil memutar balik arahku. ”kenapa aku jadi salah tingkah begini ya’?” tanyaku lagi dalam hati.
Merekapun hanya tersenyum, seolah sebuah senyum kemenangan yang telah meruntuhkan tembok pertahananku. “ apa yang terjadi dengan pikiranku? Apa yang telah membuat hatiku hingga seperti saat ini?entah apa, aku tak tahu itu. Yang pastinya ada sebuah beban besar yang telah memenuhi otakku, seolah telah merebut kemerdekaanku.” Pertanyaan demi pertanyaan muncul di pikiranku, hingga kusampai didepan pintu kostku, tak satupun dari pertanyaan itu kutemukan jawabannya.
* * *

Setalah shalat magrib malam itu. Handphoneku berdering ada telpon. “Ikram?”
“halo?”
“ya...” jawabku pelan.
“sedang apa cewek culun?”
“apa?”
“hahah. Pura-pura tidak dengar lagi. Dasar cewek jelek, miskin, bodoh, kampungan........”
Tett...tett. langsung kuakhiri telponku darinya. Tiba-tiba ada Pesan singkat lagi darinya.
“cewek jelek, aku tahu kau berubah karena aku sudah punya pacarkan? Kau mengerjakan tugas-tugasku selama ini karena kau berharap aku akan suka kepadamu. Besar sekali harapanmu cewek Dungu dan sekarang kau cemburukan dengan Dhea.hehehe, selamat bersedih dan menangislah sepuasnya kalau perlu akan kukirim tisyu untukmu.”
Langsung kunonaktifkan handphoneku. Aku menangis dan merasa terpukul dengan kata-kata Ikram tadi. Tega, hanya kata itu yang mampu terucap oleh bibirku.aku menangis bukan karena merasa cemburu, tetapi aku tak penah menyangkah orang yang selama ini selalu kuluangkan waktuku untuknya ternyata dengan tega mengatakan kata yang tak seharusnya ia katakan padaku.
* * *

Keesokan harinya, tepat didepan kelasku seorang cewek melempariku sebutir telur busuk dan telur itu akhirnya pecah di lengan kiriku. “ hahaha. Lempar lagi sayang!” kata ikram sambil mengecup kening Dhea , pacarnya. Aku hanya terdiam, sekuat tenaga kutahan air mataku, aku tidak mau terlihat lemah didepannya.
“puakk!” dua sampai tiga telur busuk melayang dan pecah diseluruh tubuhku. “ ini untuk gadis busuk yang dengan percaya dirinya mengharapkan aku untuk membalas perasaannya. Tidak punya malu hach?” bertubi-tubi Ikram menghinaku.
“Terus ‘Kram, lakukan sampi kau puas!!”
“Cup-cup, nangiiiis. Hahaha”
Akupun berlari menjauh dari kerumunan orang yang menonton dan menertawaiku. Hingga di sepanjang perjalanan pulang semua orang memperhatikanku. Tak kuasa aku meneteskan air mataku.
* * *

Sesampainya di kost, kubersihkan badanku. Setelah itu, kukumpulkan semua barang-barangku yang ada hubungan dengan Ikram, tak satupun yang tersisa semua kubakar hingga menjadi abu. Sampai nomor telponnya yang pernah kusimpan, juga ikut kuhapus.
“Ri’ KENAPA KAU MENGENALKANKU DENGANYA?”Setelah pesan singkat itu ku kirim, nomor telpon dari Aripun kuhapus. Temanku yang telah mengenalkanku dengan laki-laki yang tak tahu terimah kasih itu. Aku gelisah menunggu balasan dari Ari yang tak kunjung datang. Kupaksa mataku agar terpejam dan tidur, tetapi semakin kupaksa, hatiku seolah merontah kesakitan. Ada rasa sakit yang menusuk hatiku hingga relung yang paling dalam. Kuteringat obat tidur yang ada di atas lemariku, obat itu milik Citra sahabatku yang menderita insomnia.
Setelah kuminum 2 tablet obat itu, rasa kantukpun mulai menyerangku. Lima menit kemudian akupun tertidur.
* * *

“Ikraaaaaaaaaaaaam...” akupun terbangun dari tidurku. Kulihat jam dindingku, sudah pukul 23:15.
“ ya Allah..kenapa sampai detik ini aku belum bisa melupakannya. Jelas-jelas dia telah menghina dan menyakiti. Apakah ini yang namanya cinta? Apakah aku telah jatuh cinta? Benarkah selama ini aku telah berharap lebih dari Ikram?” untuk kesekian kalinya aku menangis karenanya, tetapi untuk kali ini aku sendiri tak pernah mengerti. “apakah aku menangis karena baru sadar kalau aku benar-benar suka padanya dan aku takut kehilangannya, entahlah?”
Tetapi, apakah maksud dari mimpiku ini. Kenapa sampai aku memimpikannya dan melihatnya tersiksa di depan mataku. “ach entahlah, mulai saat ini aku tidak akan ikut campur dengan urusanmu. Walaupun, ternyata aku pernah menyimpan rasa suka padamu. Tetapi, mulai saat ini aku akan melupakanmu dan kutak akan berharap lebih lagi padamu.”
* * *

Malam telah larut, kuperhatikan bintang-bintang yang dengan indahnya berpijar dilangit malam. Didalam kesendirianku malam itu, kucoba membuka kembali akun Facebookku melalui handphone selulerku yang sudah sekitar satu bulan tidak pernah kubuka.
“astagaaaa.” Aku baru sadar ternyata sejak kemarin handphoneku tidak pernah aktif. “ kemarin ibu pasti menghubungiku.” Lanjutku. Baru sekitar 2 menit ku aktifkan handphoneku, sebuah nomor baru menelponku.
“halo, dengan Zhifa’?” kata seorang wanita dengan tergesa-gesa dari seberang sana.
“ya, saya Zhifa. Ini dengan siapa ya’?”
“sa..saya Indah kakaknya Ikram. Fa’...”
“maaf, sepertinya kakak salah sambung.” Ucapku sambil mengakhiri telpon darinya. Aku telah bosan dan terlanjur kecewa dengan apa yang berhubungan dengan Ikram. “tetapi, ada apa lagi dengannya? Kenapa sampai kakaknya menelponku, sudah tengah malam lagi?”
Handphoneku kembali berdering, nomor itu lagi, dua sampai tiga kali ia mengulangi menelponku. Tapi, aku tetap teguh untuk tidak menerima telpon dari nomor itu, nomor dari seorang kakak yang telah menorehkan luka dihatiku.
Beberapa menit kemudian, kembali nomor baru hadir di handphoneku. “ nomor siapa lagi ini?”tanyaku dalam hati. Panggilan pertamanya kuabaikan , tetapi dia mengulangi untuk menelponku lagi. Akhirnya dengan terpaksa kuangkat telpon itu.
“Zhifa....aku Ari’. Fa’ sekarang Ikram sedang Koma dirumah sakit. Dia memanggil-manggil namamu. Fa’...Fa’, jawab aku Fa’?”
Tett...tett. kuakhiri juga telpon dari Ari’, tanpa mengeluarkan satu katapun. Tiba-tiba guntur dengan hebatnya menggelegar di udara diikuti hujan yang sangat deras.
Ari’ kembali menelponku. “ tidak, aku tidak akan mengubah keputusanku. Kuyakin kau bersekongkol dengan Ikram untuk menyakitiku. Ikram koma atau mati aku tidak akan peduli.” Sekali lagi petir kembali menggetarkan isi bumi.
Ditengah dinginnya malam, kuputar musik dengan kerasnya.
“paakkk....pakkk,..Zhifa.” terdengar seseorang memanggilku dari luar dan menggedor-gedor pintu kamarku.
“siapa?” kataku sambil mengecilkan suara Music Playerku.
“saya Ari’, please bukakan saya pintu Fa’.” Terdengar suara Ari’ dari luar yang gemetar kedinginan.
Kuintip dari jendela, benar dia Ari’. Kelihatanya seluruh tubuhnya basah kuyub. “masuk.” Kataku sambil membuka pintu kamar kostku dan kuberikan handuk kepadanya. “duduk.” Kataku acuh tak acuh.
“tidak, aku tidak perlu duduk Fa’, aku datang kesini untuk menjemputmu. Ikram benar-benar membutuhkanmu saat ini Fa’.”
“maaf aku tidak bisa.”
“Zhifa, please.”
“tidak Ri’, jangan paksa aku.”
“Fa’ percayalah saat ini Ikram dalam keadaan....”
“dalam keadaan apapun, aku tidak akan menemuinya!!” Kembali air mataku terjatuh.
“sampai dia menghembuskan napas terakhirnya?”
Akupun terdiam, air mataku terus jatuh dipipiku. “buat apa aku menemui seseorang yang dengan teganya menyakitiku, melempariku telur busuk di depan banyak orang hingga memakiku sampai mencabik-cabik hatiku. Apakah aku harus pura-pura tegar dengan menemuinya? Aku lelahhhh Ri’, kenapa selalu aku yang harus mengalah?” kataku dengan berlinang air mata. “ benar aku telah jatuh hati padanya, tetapi tak sepantasnya dia menghinaku.....hikshiks.” aku tak kuasa menahan air mataku.
“Fa’ aku tidak tahu secara detail apa yang telah terjadi antara kau dan Ikram. Tetapi, untuk kali ini kumohon, lupakan semua yang telah terjadi antara kalian berdua. Ikram butuh kau saat ini Fa’.”
“tak semudah itu untuk aku melupakan semua yang telah dia lakukan kepadaku...sakit saaakit Ri’!!”
“pura-puralah Fa’, untuk sekali ini saja. Kuyakin setelah mendengar suaramu akan ada keajaiban dari Tuhan untuknya.”
“kenapa harus suara aku, suara seorang gadis yang begitu dia benci?”
“siapa lagi kalau bukan kau Fa’. Dia tidak membencimu, seperti apa yang kau bayangankan, buktinya dalam keadaan koma dia menyebut satu nama dan itu kau Fa’!”
“kemana gadis cantik yang selalu ada disampingnya?”
“Dhea maksudmu?”
Aku hanya mengangguk pelan, sambil menghapus bekas-bekas air mataku.
“justru dialah penyebab dari musibah ini?”
“mak...maksudnya?”
“sebenarnya Ikram dikeroyok oleh puluhan orang suruhan Doni, tunangan Dhea. Ikram pacaran dengan Dhea, ketika Dhea masih berstatus tunangannya Doni. Setelah dikeroyok, Ikram di buang di tong sampah. Parahnya lagi Fa’, Dhea mengaku bahwa dia dipaksa oleh Ikram untuk menerima cintanya.”
“inilah balasan untuk orang-orang yang tak berperasaan.” Lirihku.
“apa Fa’?”
“tidak. Tunggu sebentar ya’ Ri’ aku ganti baju dulu.”
“mau ikut aku kerumah sakit Fa’?” tanya Ari’ penuh harapan.
Aku hanya mengangguk pelan. Beberapa menit kemudian kamipun berangkat kerumah sakit ketika adzan shubuh dikumandangkan. Tak peduli dingin dan hujan yang mengguyur tubuh ini.
* * *

Sesampainya di rumah sakit, kudapati Ikram terbaring lemah dengan bantuan pernapasan dihidungnya. Baru kulangkahkan kaki masuk kedalam ruangan itu, Ikram menyebut namaku. “Fa’...”. semua orang yang ada diruangan itu mempersilahkanku untuk mendekat di sisi Ikram, termasuk Bapak dan Ibunya. Tetapi, entah kenapa semakin kutatap wajah itu, kenangan tentangnya yang telah menyakitiku terpancar jelas dimataku.
Tepat disamping kanannya, kuberdiri tak tahu aku harus bagaimana. Dokter mengisyaratkanku untuk membisikan sesuatu di telinganya.
“Ikram” kataku pelan.
“sekali lagi Nak’?” pinta Ibunya
“Ikram”
“Tante mohon sekali lagi Nak’.” Kata Ibunya sambil terisak.
Sejenak aku terdiam. “Ikram aku......aku memaafkanmu. Sadarlah sekarang aku ada di sampingmu.” Kataku sambil terisak pula.
Sungguh keajaiban itu datang, dari celah matanya ia menangis dan sekali lagi dia menyebut namaku. “Zhifa.”
Ruangan itu berubah penuh air mata. Secerca harapan telah hadir didepan mata mereka, Ikram sudah sadar.
Setelah itu aku pamit pulang, tetapi keluarga Ikram memohon kepadaku untuk tidak meninggalkannya. Apalagi Mamanya, sambil menangis dia memelukku dan memohon kepadaku untuk tetap disini sampai Ikram benar-benar sembuh. Kalau seorang ibu yang meminta, sungguh aku tak kuasa menolaknya.
“iya Tante, aku janji tetap disini sampai Ikram sembuh.”
“makasih ya’ Fa’.”
Aku hanya mengangguk pelan.
* * *

Sudah sekitar 2 minggu, aku tinggal di rumah sakit tidur dan makan disamping Ikram. Kelihatannya diapun merasa berat menerima semua perhatian dariku. Sebelum dan setelah dia sadar aku selalu ada disampingnya.
“kau tidak bosan menjagaku Fa’?”
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
“benar kau telah memaafkanku?”
Kembali aku hanya mengangguk dan air mataku kembali jatuh. Ikram dengan pelan menghapus butiran air mataku yang mengalir lembut di pipiku. “kok nangis Fa’?”
Kembali kugelengkan kepalaku. “ Fa’ perasaanmu kepadaku masih samakan seperti dulu? Ternyata aku juga menyimpan perasaan yang sama dan aku tidak bisa membohongi perasaanku kepadamu. I Love you My Princess.” Kata Ikram sambil tersenyum kepadaku.
“ehm,,,untuk saat ini kau tidak boleh banyak berpikir ‘Kram. Kita bahas itu jika kau sudah sembuh.” Kataku sambil mengalihkan pembicaraan.
“kalau begitu aku mau cepat sembuh Fa’.”
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
* * *

Beberapa minggu kemudian, dokter telah mengizinkanya untuk pulang. Terpancar kegembiraan dari wajah Ikram begitupun orang tuanya.
Satu persatu dari pihak keluarga Ikram mengucapkan banyak terimah kasih kepadaku. Terakhir Ikram mengecup keningku di hadapan keluarganya. “terimahkasih wahai calon istriku.” Ketika dia mengecup keningku, teringat lagi olehku ketika dia mengecup kening Dhea di depanku.
Semua orang tersenyum mendengar ucapan Ikram.tetapi, tidak denganku. Aku masih begitu bingung mendengar ucapanya.
* * *

Keesokan harinya, sekitar pukul 20:00 dia menjemputku dan mengajakku Dinner. Sudah kutolak, tetapi dia berlutut dan mengancamku akan bermalam didepan pintu kamarku kalau aku sampai menolak ajakannya. Akhirnya akupun ikut dengannya.
Beberapa menit kemudian, kamipun sampai disebuah Restaurant mewah.
Setelah memesan makanan dan minuman. Ikram kembali mempertanyakan jawabanku. Aku hanya diam membisu, ketika berkali-kali dia meminta jawaban dariku.
“Zhifa?”
“mmmm, Maaf aku tidak bisa ‘Kram.”
“aku tidak salah dengarkan Fa’?” tanyanya seolah tak percaya.
Aku hanya mengangguk pelan.
“kenapa kau menolakku Fa’, kenapa?”
“karena, kutau aku tidak pernah pantas untukmu.”
“aku tidak mengerti apa maksudmu Fa’?”
Aku berlari keluar dan Ikram mengejarku. Diparkiran dia menahanku dan menggenggam tanganku.
“Fa’ jawab aku dulu.”
“ ‘kram, aku hanya seorang gadis dungu, jelek, miskin dan kampungan. Aku tidak pantas berharap apalagi mendapatkan cinta darimu.” Kataku sambil terisak.
“itu dulu Fa’, ketika aku dibutakan oleh cinta palsu Dhea.”
“bagiku dulu dan sekarang sama saja. Aku telah melupakanmu dan berhenti berharap dari apa yang tak mungkin aku miliki. Itukan pintamu dulu dihadapan semua orang, sekarang aku sudah melakukannya. Jadi, jangan bertanya lagi.”
“berhentilah mengharapkanku seperti aku telah berhenti mengharapkanmmu.” Lanjutku
Kutinggalkan Ikram yang masih berdiri mematung di parkiran.
Malam semakin larut. Tepat pukul 23:15 taxi yang kutumpangi berhenti didepan kostku.
Air mataku terus mengalir. “sakit, tapi ini telah menjadi pilihanku. Aku tidah boleh lemah didepannya, atau sampai diperbudak oleh perasaanku sendiri. Satu keyakinanku jika dia adalah jodohku maka dia akan kembali untukku.”

Keutamaan Malam Nisfu Syaban



Nisfu Sya'ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan bulan Sya'ban. Dalam kalangan Islam, Nisfu Sya'ban diperingati menjelang bulan Ramadhan. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya.


Peringatan Nisfu Sya'ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya'ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.

KEUTAMAAN NISFU SAY'BAN DAN DO'A MALAM NISFU SYA'BAN
KEUTAMAAN NISFU SAY'BAN DAN DO'A MALAM NISFU SYA'BAN
Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.


Tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban ini, dimana kita dianjurkan untuk melakukan ibadah terutama untuk memohon ampun, memohon rezeki dan umur yang bermanfaat, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih. Diantaranya


Diriwayatkan dari Siti A’isyah ra berkata, : "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) .


Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)


Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)


Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).

Demikianlah keutamaan dan kelebihan malam Nishfu Sya’ban yang Insya Allah akan jatuh pada Senin tgl 26 Juli 2010 sore hingga subuh . Marilah kita manfaatkan malam yang mulia ini untuk mendekatkan diri dan memohon ampunan dan berdzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah. SWT


“ALLAAHUMMA YAA DZAL MANNI WALAA YUMANNU ‘ALAIKA YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM, YAA DZATH THAULI WALIN’AAM, LAA ILAAHA ILLAA ANTA, DHAHRUL LAAJIIN, WA JAARUL MUSTAJIIRIIN, WA AMAANUL KHAA IFIIN, ALLAAHUMMA IN KUNTA KATABTA NII ‘INDAKA FII UMMIL KITAABI SYAQIYYAN AW MAHRUUMAN AW MATHRUUDAN AW MUQTARRAN ‘ALAYYA FIR RIZQI, FAMHULLAA HUMMA BI FADLLIKA SYAQAAWATII WA HIRMAANII WA THARDII WAQ TITAARI RIZQII WA ATS-BITNII INDAKA FII UMMIL KITAABI SA’IIDAN MARZUUQAN MUWAFFAQALLIL KHAIRAAT. FA INNAKA QULTA WA QAULUKAL HAQQU FII KITAABIKAL MUNAZZALI ‘ALAA NABIYYIKAL MURSALI, YAMHUL LAAHUMAA YASYAA U WA YUTSBITU WA ‘INDAHUU UMMUL KITAAB. ILAAHII BITTAJALLIL AA’DHAMI FII LAILATIN NISHFI MIN SYAHRI SYA’BAANIL MUKARRAMIL LATII YUFRAQU FIIHAA KULLU AMRIN HAKIIM WA YUBRAM, ISHRIF ‘ANNII MINAL BALAA I MAA A’LAMU WA MAA LAA A’LAM WA ANTA ‘ALLAAMUL GHUYUUBI BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAAHIMIIN.

artinya:
“Ya Allah Tuhanku Pemilik nikmat, tiada ada yang bisa memberi nikmat atasMU. Ya Allah Pemilik kebesaran dan kemuliaan. Ya Allah Tuhanku Pemilik kekayaan dan Pemberi nikmat. Tidak ada yang patut disembah hanya Engkau. Engkaulah tempat bersandar. Engkaulah tempat berlindung dan padaMUlah tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan. Ya Allah Tuhanku, jika sekiranya Engkau telah menulis dalam buku besarMU bahwa adalah orang yang tidak bebahagia atau orang yang sangat terbatas mendapat nikmatMU, orang yang dijauhkan daripadaMU atau orang yang disempitkan dalam mendapat rizki, maka aku memohon dengan karuniaMU, semoga kiranya Engkau pindahkan aku kedalam golongan orang-orang yang berbahagia, mendapat keluasan rizki serta diberi petunjuk kepada kebajikan. Sesungguhnya Engkau telah berkata dalam kitabMU yang telah diturunkan kepada RasulMU, dan perkataanMU adalah benar, yang berbunyi: Allah mengubah dan menetapkan apa-apa yang dikehendakiNYA dan padaNYA sumber kitab. Ya Allah, dengan tajalliMU Yang Mahabesar pada malam Nisfu Sya’ban yang mulia ini, Engkau tetapkan dan Engkau ubah sesuatunya, maka aku memohon semoga kiranya aku dijauhkan dari bala bencana, baik yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui, Engkaulah Yang Mahamengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Dan aku selalu mengharap limpahan rahmatMU ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.”

Sahabatku,
Perlu saya tekankan di sini, tidak ada larangan dari Rasul untuk berdoa di malam Nisfu Sya’ban, justru pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan munkar, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)


Dari paparan di atas, kita sebagai umat Islam angat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.
Sejak semula, Rasulullah Muhammad SAW telah mensinyalir bahwa bulan Sya’ban atau bulan ke-8 dari perhitungan bulan Qamariyah (Hijriah) merupakan bulan yang biasa dilupakan orang.

Maksud Rasulullah, hikmah dan berbagai kemuliaan dan kebajikan yang ada dalam bulan Sya’ban dilupakan orang. Mengapa dilupakan? Menurut pengakuan Rasulullah, karena bulan Sya’ban berada di antara dua bulan yang sangat terkenal keistimewaannya. Kedua bulan dimaksud adalah bulan Rajab dan bulan Ramadan. Bulan Rajab selalu diingat karena di dalamnya ada peristiwa Isra Mikraj yang diperingati dan dirayakan sedang bulan Ramadan ditunggui kedatangannya karena bulan ini adalah bulan yang paling mulia dan istimewa di antara bulan yang ada.

Lantas apa dan bagaimana bulan Sya’ban? Keistimewaan dan kemuliaan bulan Sya’ban terletak pada pertengahannya, sehingga disebut dengan Nisfu Sya’ban. Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban sebagaimana disebut pada awal tulisan ini, adalah bulan kedelapan dari tahun Hijrah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Kata Sya’ban sendiri adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung.

Bulan kedelapan dari tahun Hijriah itu dinamakan dengan Sya’ban karena pada bulan itu ditemukan banyak jalan untuk mencapai kebaikan. Malam Nisfu Sya’ban dimuliakan oleh sebagian kaum muslimin karena pada malam itu diyakini dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia; Raqib dan Atib, menyerahkan catatan amalan manusia Allah SWT, dan pada malam itu pula catatan-catatan itu diganti dengan catatan yang baru.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa (HR Nasa’I dari Usamah).

Sehubungan dengan hal itu Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah ra.” lam yakunin Nabiyi sha mim yashumu aksara min sya’baana finnahu kaana yashumuhu kulluhu kaana yashumuhu illa qalilan. Maksud Aisyah dalam periwayatan ini bahwa Nabi Muhammad SAW paling banyak berpuasa pada bulan Sya’ban.

Lebih jauh dari itu, pada malan Nisfu Sya’ban Allah SWT menurunkan berbagai kebaikan kepada hambanya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat (pertolongan), magfirah (ampunan), dan itqun min azab (pembebasan dari siksaan). Oleh karena itu malam Nisfu Sya’ban diberi nama yang berbeda sesuai dengan penekanan kebaikan yang dikandungnya.

Imam al-Gazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam Syafaat, karena menurutnya, pada malam ke-13 dari bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Lalu pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Meskipun demikian ada beberapa gelintir orang yang tidak diperuntukkan pemberian syafaat kepadanya. Orang-orang yang tidak diberi syafaat itu antara lain ialah orang-orang yang berpaling dari agama Allah dan orang-orang yang tidak berhenti berbuat keburukan.

Nisfu Sya’ban dinamakan juga sebagai malam pengampunan atau malam magfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hambanya yang saleh. Namun dalam pemberian ampunan itu dikecualikan bagi orang-orang yang masih tetap pada perbuatannya mensyarikatkan Allah alias musyrik, dan bagi mereka yang tetap berpaling dari Allah SWT. Nabi bersabda: ?Tatkala datang malam Nisfu Sya’ban Allah memberikan ampunanNya kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang syirik (musyrik) dan berpaling dariNya (HR Ahmad).

Kecuali Enam Golongan

Ibn Ishak meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa pernah Rasulullah memanggil isterinya, Aisyah dan memberitahukan tentang Nisfu Sya’ban. “Wahai Humaira, apa yang engkau perbuat malam ini? Malam ini adalah malam di mana Allah yang Maha Agung memberikan pembebasan dari api neraka bagi semua hambanya, kecuali enam kelompok manusia”.

Kelompok yang dimaksud Rasulullah yaitu,

Pertama, kelompok manusia yang tidak berhenti minum hamr atau para peminum minuman keras. Sebagaimana berulang kali dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan hamr adalah jenis minuman yang memabukkan, baik jenis minuman yang dibuat secara tradisional mapun jenis minuman yang dibuat secara modern. Istilah populernya adalah minuman keras atau miras. Yang disebut pertama antara lain tuak atau ballok, baik ballok tala, ballok nipa, maupun ballok ase. Sementara yang disebut kedua antara lain bir dan whyski. Termasuk kategori sebagai orang yang tidak berhenti minum hamr ialah orang-orang menyiapkan minuman tersebut atau para pembuat dan pengedarnya. Mereka ini tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi malah diancam dengan siksaan api neraka.

Kedua, orang-orang yang mencerca orang tuanya. Termasuk kategori mencerca orang tua ialah berbuat jahat terhadap orang tua yang dalam hal ini ibu bapak. Menurut ajaran agama yang menyatakan syis saja kepada ibu atau bapak itu sudah termasuk dosa. Membentak orang tua termasuk perbuatan yang sangat dilarang. Allah SWT di samping menegaskan kepada manusia untuk tidak beribadah selainNya, maka kepada kedua orangtua berbuat baiklah. Waqadha Rabbuka an La ta’buduu Illah Iyyahu wa bilwalidaini ihsanan (al-Isra: 17:23). Perbutan kategori baik terhadap orang tua antara lain bertutur kata kepada keduanya dengan perkataan yang mulia, merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang, dan kepada keduanya didoakan; “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”

Ketiga, orang-orang yang membangun tempat zina. Tempat berzina dimaksud adalah tempat pelacuran yang kini nama populernya tempat PSK (pekerja seks komersial). Golongan atau kelompok orang yang seperti ini, pada malam Nisfu Sya’ban tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi sebaliknya mereka dijanji dengan siksaan dan azab.

Keempat, orang-orang atau para pedagang yang semena-mena menaikkan harga barang dagangannya sehingga pembeli merasa dizalimi. Misalnya, penjual bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah. Harga dagangan jenis ini sudah ada harga standar, tetapi kalau penjualnya menaikkan harganya secara zalim, maka penjual yang demikian itulah yang tidak mendapat pembebasan dari neraka.

Kelima, petugas cukai yang tidak jujur. Termasuk kategori petugas cukai adalah para kolektor pajak atau orang-orang yang menagih pajak dan retribusi. Misalnya petugas cukai yang bertugas di pasar-pasar yang menerima uang atau cukai dari penjual dengan bukti penerimaan dengan karcis. Salah satu bentu ketidakjujuran kalau uang diterima tetapi tidak diserahkan bukti penerimaan (karcis).

Keenam, kelompok orang-orang tukang fitnah. Orang-orang kelompok ini suka menyebarkan isu dan pencitraan buruk yang sesungguhnya hanyalah sebuah fitnah. Keenam golongan inilah yang disebut tidak mendapat fasilitas itqun minannar.

Atas dasar itu, kiranya kita semua dapat menyadari bahwa sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadan. Persiapan itu meliputi persiapan mental dan persiapan fisik. Manusia atau umat hendaknya memasuki bulan suci Ramadan sudah dalam keadaan iman yang mantap dan sudah dalam keadaan mendapatkan syafaat, dan sudah dalam keadaan mendapat jaminan dan pembebasan dari siksaan api neraka.

Dari paparan di atas, kita sebagai umat Islam angat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunnah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak baca'an shalawat, membaca al-Qur’an, bersedekah, berdo’a dan mengerjakan amal-amal salih lainnya.

Semoga bermanfaat  :)

Tuesday 9 May 2017

Munafikkah Aku Merindukan Rindu yang Tak Bertuan?


 “Aku tidak akan pernah pacaran Ma. Aku tidak akan dekat dengan laki-laki lain,” kukatakan dengan tegas tekadku saat itu, saat aku masih berusia sebelas tahun dan belum tahu apa-apa. Kukatakan itu kepada ibuku yang khawatir anak perempuannya menjalin hubungan dengan laki-laki yang belum tentu mahramnya.
            Namun, semua berbeda ketika lingkungan menuntutku beradaptasi. Maafkan aku Ma, aku sudah berusaha mengendalikan diri, tapi sulit untuk hatiku berkompromi. Memang tak ada cinta di antara kita, atau lebih tepatnya mungkin tidak ada cinta di hatinya untukku.
Dia tak pernah mengatakan apapun tentang cinta, dia tak pernah menyinggung sedikit pun tentang hati, tapi aku selalu menerka-nerka isi hatinya di setiap minggu perjumpaan kami via suara.
            Bahkan aku tak pernah menyangka dia akan hadir tepat ketika palung kekosongan hati mulai merindukan sosok yang siap mengisinya. Aku mengenalnya hanya sebatas teman satu angkatan. Tak lebih. Kami tak pernah saling berkomunikasi, bahkan sekadar menyapa pun jarang. Kami sering dipertemukan dalam kegiatan yang sama, tapi hal itu pun masih hambar. Dia hanya mengenalku sebatas teman angkatan dan aku pun juga sama.
            Namun semua berbeda ketika masa putih abu-abu berakhir. Aku tak tahu begitu banyak kebetulan kala itu yang memang sengaja mempertemukan kita dalam dua manusia yang berbeda. Sekolah kami yang kebetulan hanya bertetangga kota, teman sekamarku yang kebetulan juga teman SMA dari teman sekamarnya. Dan itulah awal dari semua ini. Melalui perantara teman sekamarku dan teman sekamarnya, akhirnya dia tahu di mana sekolahku yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah bertetangga kota.
ADVERTISEMENT
            Telefon pertama darinya membuatku bertanya-tanya, membuatku gelisah, membuatku selalu berharap agar setiap hari adalah akhir pekan. Telefon kedua datang, secara tak kasat mata, mungkin saat itu di kepalaku penuh dengan bunga-bunga walaupun dia tak pernah menyinggung soal cinta. Kami hanya bertukar cerita tentang perkuliahan masing-masing. Hanya itu, tapi cukup membuatku tak berhenti tersenyum dan membayangkannya.
            Hingga suatu ketika aku mengetahui bahwa perlakuannya tersebut tidak hanya terjadi padaku. Namun, hampir kepada semua teman se-angkatan. Hatiku sedikit kecewa. Namun, aku tak mampu menghindari setiap panggilan masuk darinya. Bisikan-bisikan untuk mengangkatnya selalu menang mengalahkan apapun. Bahkan aku tidak peduli jika dia hanya mempermainkanku
            Di saat-saat tertentu, terngiang kembali pernyataanku di usiaku sebelas tahun. Teringat kembali kepada Allah. Menyembul pertanyaan-pertanyaan yang hanya berakhir retorika. Dosakah semua ini? Toh kami tidak pacaran kan? Kami hanya bertelfonan. Kami juga tidak menyinggung masalah hati.
            “Lalu kamu senang ditelfon hingga sejam lamanya? Padahal hampir semua teman seangkatan juga ditelfon. Apa kamu gak merasa murah di matanya?”
            Astaghfirulah… aku terhentak dengan pertanyaan tajam dariku sendiri. Aku berada di ambang kebingungan. Aku ingin menjaga jarak dengan laki-laki, tapi hatiku yang terlalu iri dengan orang lain yang mendapat perhatian dari lawan jenis mulai mencari kebenaran semu.
Namun suatu ketika tekadku untuk menjauhi lawan jenis sudah bulat, lagipula aku tak mau jika ternyata akulah yang menanam benih cinta, sementara dia tak juga menuainya.
            Aku mulai menjauhinya. Dua bulan aku melaksanakannya, tapi batinku tersiksa. Kesepian yang dibumbui oleh setan membuatku berharap kembali akan kehadirannya. Muncul lagi benakku untuk bertukar cerita seperti dulu.
            Terlebih statusku sebagai seorang pengurus rohis membuatku merasa munafik melakukan semua ini. Namun, hatiku cukup teraniaya sunyi dan dia hadir mengisi palung kekosongan ini. Andai saja aku bisa menahan nafsuku. Andai saja hatiku tidak menahan iri, pasti aku tak akan bersandar pada cinta tak halal ini. Ya  Allah… maafkan hamba terlalu lemah menghadapi ini. Aku tidak mampu menjauhinya lagi.
Andai kesalahanku ini bisa kutebus dengan ibadah lain, karena aku tak mungkin mampu meninggalkannya. Biarkan semua mengalir apa adanya.

Hingga tiba di ujung cerita akan ada hati yang tersakiti. Aku masih di persimpangan saat ini. Aku lemah untuk meninggalkannya, meskipun cinta ini hanya milikku semata.