… tak apalah, biar aku mundur beberapa langkah ke belakang, untuk kemudian lari kencang-kencang ke depan. Seperti anak ketapel dan anak panah, yang harus ditarik diulur ke belakang agar melesat jauh ke depan menggapai sasaran .
Arggh…. akhirnya aku menyerah pada rasa kerinduan yang semakin membuncah menyesakkan dada ini. Romantisnya musim gugur setahun lalu ketika pertama kali aku datang telah berganti dengan musim dingin dimana aku bertemu pertama kali dengan dingin nya salju. Musim dingin berlalu berganti musim semi yang indah, ketika bunga-bunga aneka rupa bermekaran indah penuh pesona. Bunga-bunga nan indah itu pun akhirnya layu dan berguguran kala musim panas dengan siangnya yang berkepanjangan datang. Musim gugur pun datang kembali bersamaan dengan menguning dan memerahnya daun-daun. Daun-daun pun akhirnya berguguran meninggalkan ranting-ranting kering kerontang merana sendirian untuk bertahan hidup melawan musim dingin yang menggigit datang kembali di Bulan Desember ini. Bulan yang ditunggu anak-anak di negeri ini untuk mendapatkan hadiah natal terindah mereka dari St. Clause.
Arggh…. semuanya berlalu begitu cepat. Membawa aku hanya beranjak dari kesunyian ke kesunyian dan dari kenangan ke kenangan. Hidup seolah terperangkap dalam jeratan kesunyian dan kenangan.
Arggh…. aku tak pernah merasakan kerinduan sedalam ini. Rindu yang membuat separuh semangat hidupku hilang. Rindu yang membuat aku menjalani hidup bagai burung dengan satu sayap. Benar, baru kali ini, aku merasakan sebenarnya rindu.
Hore…. besok aku pulang. Saat akan kuobati lara rindu ini pada separuh jiwa, buah hati dan penyejuk mata ku. Rindu mencium tangan Bapak dan Ibu ku juga guru dan kyai-kyai ku. Rindu bercengkerama dengan sahabat lama ku. Rindu menghirup segarnya udara kampung halaman ku. Rindu kehangatan keluarga dan saudara ku. Rindu keramahan dan kebersahajaan orang-orang di kampung ku. Rindu mendengar suara adzan dari masjid di kampung ku. Rindu mendengar suara alunan ayat-ayat suci tuhan dilantunkan anak-anak di mushola kampung ku. Rindu melihat kepolosan anak-anak kecil di kampung halaman ku. Rindu memandang negeri ku dari dekat. Rindu menginjakkan kaki ku di tanah ibu pertiwi ku. Rindu mengagumi dari dekat keindahan pesona alam negeri ku, tempat aku akan mengabdi sampai mati suatu saat nanti.
Pasti … aku akan kembali disini, di kota ini, karena perjuangan ini belum usai. Aku hanya ingin menemukan semangat ku kembali. Menjemput mu untuk mengisi ruang-ruang sunyi disini. Aku hanya ingin mengembalikan ingatan ku tentang mimpi-mimpi itu kembali. Aku tidak sedang menyerah dan tak akan menyerah.
Tak apalah, biar aku mundur beberapa langkah ke belakang, untuk kemudian lari kencang-kencang ke depan. Seperti anak ketapel dan anak panah, yang harus ditarik diulur ke belakang agar melesat jauh ke depan menggapai sasaran.
Tuhan, terima kasih telah kau ajarkan arti kerinduan ini. Kerinduan yang membuatku memahami sisi-sisi lain kehidupan yang selama ini banyak telah aku abaikan. Tuhan, bimbinglah selalu kaki ini dalam melangkah. Jangan pernah membiarkan aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang ke jalan lurus mu kembali. Ingatkan aku bila lupa. Tegur aku bila aku terlena. Peluklah mimpi-mimpi ku. Dekaplah aku dalam cinta Mu yang tidak pernah berkesudahan.
Tuhan ! titip rindu untuk orang-orang yang aku sayangi. Seperti rindu ku bertemu dengan Mu suatu saat nanti.
No comments:
Post a Comment