Sungguh ku tak dapat membaca hati
Pada keindahan bola matamu aku mengerti ada misteri.
Tapi naluriku diam membisu, nanar dan hanya menerawang pada angan
Aku tak pernah belajar merangkai makna
Hingga kau terus terdiam dan memendam tanda tanya
Lalu tanpa dosa aku pergi meninggalkanmu
Engkau terus bergumul dengan misteri itu.
Dan hatiku membeku, sementara hatimu liar berkecamuk dalam kebencian, amarah dan dendam
Tanpa pernah menemukan sahabat sejati sekedar berbagi.
Tanpa pernah menemukan sahabat sejati sekedar berbagi.
Dalam perjalanan kembali aku tercenung dengan misteri
Aku tak dapat melupakan tatapan bola indah yang menerawang kosong saat ku tinggalkan
Aku tak dapat melupakan tatapan bola indah yang menerawang kosong saat ku tinggalkan
Lalu aku kembali …
Tapi perih itu telah kau obati sendiri, karena kau tak yakin ada yang bisa mengerti.
Kini mengertipun aku tak berarti
Karena engkau telah lebih mengerti tentang hati
Dan aku hanya bisa mengerti tentang misteri
Tapi ku tak punya hati, karena selama itu membiarkan engkau sendiri.
Tapi ku tak punya hati, karena selama itu membiarkan engkau sendiri.
Kini aku merangkul kecewa dan mendekap penyesalanku.
Karena ku tak memahami sebuah “NALURI”
Karena ku tak memahami sebuah “NALURI”
Copy
No comments:
Post a Comment