Friday, 14 November 2014
pramuka MURATARA ( rawas ulu )
Thursday, 13 November 2014
puisi
Tuhan
inilah Permintaanku……..
By.
Selamamat permono
Tuhanku yang maha tahu dariku aku telah
menerima ujianmu, tantanganmu, dan anugrahmu
Tuhanku….
Rasa kurangku, rendahku, lemahku telah aku
rasakan dan karena aku tau engkau punya
alasan untuk itu , akupun telah menjadikan itu semua ujianmu bahkan aku
merasakan kelebihan ketika engkau mengigatku dengan cara itu.
Tuhanku….
Tantangan hidup yang seakan naik dan
turun darimu telah ku alami dan itu pun telah kuanggap tantangan mu , karena
tantangan itu aku percaya engkau mempercayaiku untu menyelsaikan nya karena
sekali lagi melalui ini aku berterimah kasih karena engkau telah membesarkan
ku.
Tuhanku….
Anugrahmu yang meng agungkan ku saat
ini telah aku rasakan dari sejak aku kemuka bumi ini, maka apa bila ini juga ujian darimu
aku mohon berikan nasihatmu kepadaku jika ku salah, dan apabilah aku telah
tersesat berikanlah aku cobaanmu supayah aku sadar.
Dan tuhanku
Pesan terakhirku apabila engkau telah
menganggapku jadi manusia yang penuh pengabdiaan kepadamu saat itu aku minta
engkau cabutlah nyawaku karena aku sudah cukup merasakan jadi hambah mu dibumi
ini dan aku sangat merinduhkanmu di akhirat sana. itulah sebabku mengapa aku
ingin kau cepat jemputku.
Create
by. Selamat permono
Tuesday, 28 October 2014
sumpah pemudah 2014
Karawang-Bekasi
karya: Chairil Anwar
Kami
yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Chairil Anwar (1948)
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Chairil Anwar (1948)
bung sharir,bung karno, bung hatta |
Monday, 22 September 2014
di kemulaan fajar
Di kemulaan fajar
Jika malam ini telah di telanjangi oleh
seindah-indahnya pagi , dikalah rembulan merona tak kalah telah mengalah oleh
ke cerahan mentari disaat itu auk tersukur dan terpuruk semangat oleh pagi-pagi
pengairah jiwa.
aku Tak memandang keatas ataupu kebawah
yang selalu ku hadap adalah ke lurusan cahaya mentari pembuka pagi ,disana
tempatnya pertama mengatakan kebenaran terangnya dan disana tempat ia mengatakan
pertama kebenaran piluh gelapnya.
Jiak ku terteku iman yang benar maka
kebenaran kehendak yang ku terima dan bila ku terpuruk iman maka ke gagalan
kehendak yang ku kan capai dan mengakhiriku, terelung derita tanpa nestapa
mungkin itulah ke indahan yang akan di janjikanya jiaka ku terteku iman dan
telemah gairah terencana keburukan
mungkin itu nasipku jika ku terengah dengan kelalaian.
Demi gairah demi mimpi dan demi
keanggunan nasihat ilahi adalah mukjijat, demi napsu demi kehendak maka
kata-kata ibu adalah racun penyemagat paling mustajab.
Terbiasalah dengan awan maka engkau
akan meningmati ke agungan permainan pelangi dan kebenaran warnanya. Biru
ketika cerah, putih ketika mengairah dan abu-abu ketiaka melemah jiwahnya
Subscribe to:
Posts (Atom)