14teen days in love
Cinta
membawa asmara dan ketika cinta itu benar kasmaranlah yang akan terbumbuhi
gelora bahagia, begitupun sebaliknya. Bukanlah kebahagiaan jika akhir cinta
tanpa pernikahan.
Bersama gunda semua tertera, kisa yang
mungkin aku yang merasakanya, atau bagian dari yang lainpun pernah. Inilah
mengapa aku tak mau sedikit lebih dalam mencintai karena harapan pada akhirnya
akan berujung pada titik yang akan menungguh jawaban.
Selamat malam wanita ku….
Kata pertama yang
terucap selamat malam wanitaku, kata ini bagai membakar gelora tertujuh kepada
seorang gadis yang baru berani ku dekati setelah hampir 3 tahun aku mencoba
memendam asa bahwa aku menyukainya. Kata cinta mungkin akan terlalu cepat jika
aku utarakan saat ini. Dia baru barani ku dekati kurang dari satu minggu tapi
asa ini seolah memandang satu titik dan di setiap titik itu sama aku
menyukainya.
Tapi aku sadar cinta
tidak secepat itu, biar ia mengalir dengan lembut dan mengayun sendu hingga
saatnya rasa ini akan mengeluarkan geloranya.
Seminggu belakangan ini
aku yang baru mendekati mempunyai kebiasaan baru chaating, video call sampai
stalking Facebook sampai watshapp nya. Ini memang terlalu lucu untuk seumuranku
masih menyukai dengan cara ini, tapi sudahla aku nikmati saja.
Aku dan dia sering
bercerita di ujung malam dan di awal fajar, aku seolah punya semangat baru
penambah gelora bahagia sehari-hari. Sampai pada suatu pertengahan malam aku
berani mengutarakan perasaan ku pada wanitaku ini walau hanya by phone tapi tak
ada yang ku kiasankan atau aku bohongi dari setiap kata perasaan yang aku
utarakan. “aku menyukaimu jauh dari sebelum saat ini tapi aku baru berani
mendekatimu saat ini, mau tidak jadi pacarku? Dan aku berharap jawabanmu hanya
satu yaitu mau.” Tapi dengan lembut ia menjawab beri aku waktu 2 minggu untuk
jatuh hati kepadamu dengan alasan dia tak mau kecewa seperti cintanya sebelum
ini. Aku tertunduk setengah lesu dan semangat dan aku iyakan aku akan menungguh
dua minggu itu.
Dua minggu yang di
janjikan memang cukup lama bagi aku yang memendam rasa dan perlu jawaban, tapi
dia pun sangat benar bahwa cinta perlu waktu untuk jatuh hati. Tapi jauh dari
itu aku sangat berterimah kasih pada hati ini yang bisa sesabar ini menungguh
balasan cintanya.
Lepas dari itu kita
sering chaating walau memang kadang seperti dia tak niat untuk membalas karena
paling balasan darinya iya, iy, heem, bahkan hanya emo tertawa. Tapi tak apalah
yang jatuh hatikan aku sedangakan dia belum wajar dia seperti itu.
7 day after, tujuh hari
berlalu aku meyakinkanya belum ada tanda ia akan menerimahku. sampai pada suatu
sore pukul 16.00 aku dengan pasti melihat dia pergi dengan pria yang kemudia
dia katakana kalau pria itu temanya. Hati ini setengah hancur tapi aku usahakan
kuat memang sempat terpikir untuk berhenti menyakinkanya tapi aku serasa
seperti pecundang karena lari dari janji 2 minggu mengguh jawaban darinya.
Kembali ku kuatkan hati untuk menyakinkanya walau mungkin wanitaku tak percaya
bahwa aku sempat lemah meyakinkan cintaku padanya.
Aku memang mencintai
dengan caraku memang kadang konyol tapi inilah yang bisa aku perbuat, tapi
yakinlah ada saatnya semua kuperjuangkan untukmu sampai napas ini akan milikmu.
Percayalah aku meberi semua yang aku miliki meskipun itu sedikit tapi akanku
perjuangkan lebih dan aku pastikan itu semuanya milikmu.
9 day after, Sembilan
hari berlalu sampai dimana aku dan dia berada di tempat yang sama resepsi
pernikahan sahabatku, memang kita di baris berbeda tapi mataku selau berpaling
pada wajahnya tanpa ia sadar itu aku sangat bahagia malam itu dan rasanya malam
berjalan sangat cepat tak seperti malam biasanya. Malam itupun berakhir dengan
aku mengantarkan ia pulang kerumahnya. Esok harinya ku banguni ia dari tidurnya
untuk mengigatkan sholat dan akupun bergegas mandi setelah mengigatnya. Karena
hari ini aku banyak jadwal kegiatan yang harus ku selesaikan.
oase di hati itu tertumpah di cakrawala mengaliri
relung sanubari. warnanya bagai lembayung terbalut
kasih.
adakah kaurengkuh kemilaunya?
dan dengarkanlah tarian segar itu,
dari jendela kaca berintik cahaya kaupadukan
mozaik rindu yang padang rindang.
aku tak mampu lagi mengisahkan
sajak rindu ini.
biar detak jam dinding, gerimis,
dan isyarat
yang jadi kemilau fatamorgana.
dan tentu engkau
yang tak habis-habisnya memeluk
majas mesra.
sajak
rindu di gerimis pagi bulan Maret
merilis
simfoni hati yang tertera pada reranting
di
pelataran.
suaranya
terdengar merdu di pematang senja.
ternyata
ini realita bukan fatamorgana.
sisa
jerit dan rintih pilunya
masih
membayang di cakrawala.
dan tetap
kunyanyikan bersama letupan doa
di
penghabisan sepertiga malam
itulah sedikit sajak
cintaku padanya, lepas dari itu aku lebih cinta dari cintaku yang ia tahu dan
seandainya ia tau mungkin aku akan memberikan seluruh dan napas yang akupunya.
Dan harapan aku yang terakhir aku dan dia menua bersama-sama dalam ikatan,
aamiin.
11 days after, sebelas
hari bagai menungguh hujan di matahari yang terik. Mustahil dan hanya tuhan
yang bisa membuat terwujut sama halnya dengan perasaanku saat ini. Yaaa mungkin
itu sedikit menggambarkan bagaimana semakin menjauhnya dia dari rasaku dan aku
sangat sadar itu dan sempat kutanyakan
“kok kamu dua hari terakhir datar dan
sensitive dengan aku!
Ada hal yang
salah atau kamu memberi isyarat bahwa aku harus mundur dan pergi?”
Jujur bagiku itu adalah
kata yang akhirnya bisa aku keluarkan karena wanita yang ku harapkan kini bagai
tak mengharap dan tak boleh tau apalagi mau tau tentang aku dan dia. Dan
akhirnya dia hanya membalas chaatku
“terserah kalau kamu mau mundur dan pergi,
Cinta
tak harus di paksa untuk datang,
Cinta
juga perlu pengorbanan bukan hanya kata-kata”
Membaca balas seperti
tadi aku sedikit memutar rasa optimisku menjadi rasa malu dan nyadar diri.
Sempat ku terusik di hati
“cinta tak
serumit ini sayang, dan aku tak merasa memaksa, aku hanya meminta tau adakah
sedikit rasa di hatimu ntentang namaku… hanya itu
Dan ini
pendekatanku bukan pemujaanku terhadapmu, ada saatnya aku akan berjuan demi
kamu, dan itu belum untuk saat ini.
Dan apa yang
harus kuperjuangkan kalau yang diperjuangkanpun tidak pernah mau tahu.”
Karena aku telah
berjanji selama dua minggu mencoba agar dia bisa jatu hati, akhirnya aku tetap
dalam janji itu dan jujur dalam hati memang aku sangat masih mencintainya.
Sehari berselang jarak
terasa semakin jauh dan apapun yang akan ku lakukan untuknya selalu akan berasa
bersala terlebih 3 sampai 5 kali ku video call dan telpon nomor dia selalu
dalam keadaan sibuk. Mungkin dia sedang dekat dan ada yang mendekatinya selain
aku, entahhh apalah, memang kecewa tapi apa yang mau ku perbuat justru membuat
aku semakin terpojok dan semakin salah.
Aku
tau engkau memang elok nonan
Yang menyukaimu bukan hanya
aku
Yang memperjuangkanmu bukan
hanya aku
Yang mengharapkanmu juga
bukan hanya aku
Apalagi yang menungguhmu juga
pasti bukan hanya aku
Makanya
aku sadar diri tak harus berbuat berebihan
Karena
seperti apapun perhatianku pasti kurang
Dan
seperti apapun pengharapanku pasti kurang
Biar aku
merenung dalam kekurangan ini.
Terasa lama menungguh
bukanlah sebuah acuan untuk menyerah. Menyerah hanya akan membuat kecewa tak
beralasan.
Dan tepat malam ini
adalah malam terakhir 14 hari penungguan jawaban. Kini tersisa hanya doa bukan
rayuan ataupun kepandaian mengatur kata. Iya atau tidak adalah memang kata
terakhir yang mau ku dengar, mungkin hanya sedikit alasan yang bisa menerimahku
dan terlalu banyak alasan yang mungkin bisa menolakku.
Pukul 10 malam
terlampaui tanpa sedikit tanda ia menerimahku, mungkin aku mulai menyadari
mimpi ini terlalu tinggi dan apakah harus aku menyalahi mimpi?. Mungkin ia
tenang dengan suasana sekarang.
Wanitaku
rasa ini tak adil jika hanya seperti ini
Ini memang kurang dan bahkan
terlalu sedikit
Tapi engkau adalah alasan dan
semangat untuk
Meninggikan ini semua.
Aku galau dengan waktu, sampai cerita ini
terbaca olehnya belum sedikitpun ia menjawab pertanyaanku “14teen days Before”
apakah ia akan memutuskan untuk menolakku atau menerimaku dengan semua hal
kecil yg mampu ku buktikan dan bisa jadi rasa ini akan tergantung tanpa
sedikitpun kejelasan sesungguhnya.